Pernah membaca artikel viral berjudul stop buying avocado toast if you want to buy a home? Artikel ini menjadi trending topic di banyak aplikasi sosial media di awal tahun 2017. Karena viralnya, banyak versi artikel dan bahkan meme yang dibuat merujuk dari artikel tersebut. Dirilis pertama kali di acara Sixty Minutes di Australia, inti dari artikel ini adalah nasihat dari seorang miliuner Tim Gurner kepada kaum muda. Kaum muda yang dimaksud disini dikenal dengan sebutan millenial atau Gen Y. Yaitu mereka yang saat ini berada di rentang usia antara 18-36 tahun.
Tim Gurner mengungkapkan keprihatinannya akan perilaku Gen Y yang membuang uang untuk hal-hal yang remeh. Membeli roti alpukat dicontohkan disini. Contoh lainnya mencakup kebiasaan membeli kopi di kedai kopi kenamaan. Apabila kebiasaan ini rutin dilakukan, sampai kapanpun Gen Y tidak akan mampu melakukan investasi, apalagi sampai dapat membeli rumah.
Seakan mendukung pernyataan Tim Gurner, situs CreditCards.com melakukan penelitian terkait perilaku berhutang masyarakat Amerika Serikat. Situs tersebut bertanya terkait perilaku hutang dari masyarakat Amerika Serikat di rentang usia manusia dewasa. Sejalan dengan Tim Gurner, 65% Gen Y ragu akan kemampuan mereka untuk terbebas dari hutang. Sumber hutang para Gen Y banyak berasal dari kartu kredit. Jangankan melakukan investasi, para Gen Y belum yakin pasti bisa melunasi hutang-hutang mereka.
Pemicu dari hal ini diduga karena Gen Y adalah generasi yang menikmati pengalaman, lebih daripada fungsi. Apabila generasi diatas mereka menghabiskan uang mereka untuk membeli barang yang dibutuhkan, berbeda halnya dengan Gen Y. Gen Y mau mengeluarkan lebih banyak uang untuk pengalaman yang didapat. Survei dari Majalah Time di 2014 menguatkan hal ini. Dibandingkan generasi-generasi diatasnya, Gen Y sangat mau mengeluarkan lebih banyak uang untuk hal-hal berikut:
1. Makanan organik, yang tentunya lebih mahal dari bahan makanan biasa,
2. Pakaian multifungsi untuk sehari-hari sekaligus berolahraga,
3. Travel dan melakukan petualangan,
4. Telepon seluler dan aplikasi-aplikasi di dalamnya yang dapat diunduh,
5. Memaksimalkan komoditas sharing economy seperti uber, airbnb atau lyft.
Melihat hal-hal diatas, terlihat jelas perbedaan tujuan kehidupan Gen Y dan generasi sebelumnya. Tidak heran apabila mereka mau membayar lebih mahal untuk avocado toast, yang sebenarnya bisa mereka buat sendiri di rumah. Sensasi makannya akan berbeda. Makan avocado toast di kafe ternama sambil berkumpul dengan teman-teman tentu lebih menyenangkan daripada memakannya di teras belakang rumah. Walaupun, misalnya, teman-teman tetap berkumpul bersama. Pengalaman yang didapatkan akan berbeda.
Gen Y memiliki keinginan yang ambisius. Tim Gurner mendefinisikan harapan mereka sangat tinggi. Standar hidup yang mereka jalani saat ini berbeda jauh dengan generasi sebelumnya. Lembaga konsultan kenamaan, Goldman Sachs, menyebutkan faktor kenyamanan berada di peringkat teratas hal yang diutamakan Gen Y. Mereka tidak perlu memiliki mobil, misalnya. Repot akan perawatan dan menghindari lebih banyak hutang. Apabila generasi sebelumnya yang tidak memiliki mobil akan menggunakan sembarang angkutan umum agar cepat sampai di lokasi, Gen Y akan memilih transportasi online. Kenyamanan mobil pribadi dalam skala yang terjangkau bagi mereka.
Tidak ada yang salah dengan kecenderungan yang dilakukan oleh para Gen Y ini. Setiap generasi masyarakat memiliki kecenderungan masing-masing. Gen babyboomers yang tumbuh besar dalam dunia resesi, mampu menimbulkan sikap tangguh bekerja dan giat berinvestasi. Apabila dibandingkan dengan Gen Y yang tumbuh dalam dunia digital, tentu tuntutan kebutuhannya akan berbeda. Gen Y terbiasa hidup dalam kenyamanan dan kemudahan. Tidak heran apabila hal yang sama selalu mereka cari dalam setiap kesempatan.
Walau kenyamanan dan kemewahan bukan suatu hal yang salah untuk dicari, namun tidak demikian dengan menumpuk hutang. Gen Y diharapkan mampu melunasi hutang-hutangnya dan mulai melakukan investasi untuk masa depan atau masa tuanya. Mulailah menempatkan perhatian lebih pada aspek finansial dan secara rutin melakukan cek kesehatan finansial. Hal ini selain demi menjaga diri sendiri, juga demi membantu kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Anak muda adalah calon pemimpin bangsa. Mereka adalah inovator serta penggiat kemajuan. Apa jadinya apabila satu negara memiliki banyak anak muda yang terlilit hutang? Akan susah bagi negara tersebut untuk dapat memaksimalkan potensi warga negaranya. Warga negaranya setiap hari hanya memikirkan target terbebas dari hutang, mana sempat berjuang untuk kemajuan negara. Bayangkan pula tingginya nilai pinjaman di negara tersebut yang sangat berpotensi mengganggu situasi perekonomi negara secara umum.
Karenanya, yuk, sisihkan uangmu sebesar kau belikan segelas kopi. Untuk masa depan.
Ayo #NabungSaham untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik.
ReplyDeleteSaya gak suka kopi, karenanya saya jarang minum kopi. Lebih baik nabung saham hehe. Mantap tulisannya mbak.
Saya juga ga ngopiii hahaha.. lumayaan hemat banyaaak 🙌
DeleteAnaloginya keren..
ReplyDeleteterima kasihhh... nuhun sudah mampir yaaa
Delete